1

Bertempat di Aula Lantai III Pengadilan Tinggi Agama Medan pada hari Senin tanggal  13 November 2023, pukul 08.30 Wib. dilaksanakan Kegiatan Pembinaan mental. Jadwal pembinaan mental pada hari ini penceramah adalah  Drs. H. Ahmad Musa Hasibuan, S.H., M.H. (Hakim Tinggi Pengadilan Tinggi Agama Medan),  Penceramah mengambil temah adalah “Menjauhi Kebinasaan Dengan Berinfaq Dijalan Allah”,  kegiatan ceramah dihadiri oleh seluruh aparatur Pengadilan Tinggi Agama Medan dengan pembawa acara Drs. Alimukti. (Panitera Pengganti Pengadilan Tinggi Agama Medan).

Dalam Ceramahnya  Bapak Drs. H. Ahmad Musa Hasibuan, S.H., M.H.  menyampaikan bahwa untuk Menjauhi Kebinasaan Dengan Berinfaq Dijalan Allah.

  1. Berinfaq

Infak berasal dari Bahasa Arab, "anfaqa" yang berarti membelanjakan harta atau memberikan harta. Sejatinya infak dibagi menjadi dua: infak untuk kebaikan dan infak untuk keburukan. Infak untuk kebaikan apabila berasala dari harta yang baik dan halal, serta dilakukan atau dibelanjakan untuk kepentingan di jalan Allah

Infak dalam Islam diartikan sebagai tindakan memberikan harta atau benda yang dimiliki sebagai bagian dari kegiatan beribadah kepada Allah SWT. Surat Al-Baqarah Ayat 195. Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia : Dan teruslah kalian -wahai orang-orang Mukmin-, menginfakkan harta demi membela agama Allah dan jihad di jalan Nya. Dan janganlah kalian menjerumuskan diri-diri kalian ke dalam tempat-tempat kebinasaan dengan tidak berjihad dijalan Allah dan meninggalkan infak padanya. Dan berbuat baiklah kalian dalam berinfak dan taat kepada Allah, dan jadikanlah amal shalih kalian seluruhnya murni karena mengharap wajah Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang ikhlas dan berbuat baik.

Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Univ Islam Madinah. Karena berperang di jalan Allah membutuhkan harta dan biaya, maka Allah memerintahkan untuk berinfak demi menolong agama Allah dan membantu perjuangan jihad di jalan-Nya. Dan Allah juga melarang dari membahayakan diri yang dapat menjerumuskan dalam kematian akibat kebakhilan dan keengganan berinfak sehingga melemahkan perjuangan jihad di jalan Allah. Maka berinfaklah dengan baik dan ikhlaslah dalam beramal, sungguh Allah Mencintai orang-orang yang berbuat baik kepada diri sendiri dan umatnya.Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram. Belanjakanlah harta kalian dalam ketaatan kepada Allah, seperti jihad dan lain-lain. Dan janganlah kalian menjerumuskan diri kalian sendiri ke dalam kebinasaan karena meninggalkan jihad dan enggan mengeluarkan dana untuk kepentingan jihad; atau dengan cara menjerumuskan diri sendiri ke dalam tindakan yang dapat mencelakakan kalian. Berbuat baiklah kalian dalam masalah ibadah, muamalah dan akhlak. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik dalam semua urusannya. Maka Allah memberikan pahala yang besar kepada mereka dan membimbing mereka ke jalan yang benar.

2

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah. (Dan belanjakanlah (harta bendamu di jalan Allah) Yakni dalam jihad fii sabilillah  (dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan). Yakni jangan kalian menyerahkan diri kepada hal-hal yang menyebabkan kebinasaan, akan tetapi rencanakanlah untuk kalian sebab-sebab keselamatan. Dan  termasuk dari kebinasaan adalah berdiam diri menjaga harta benda untuk memperbaikinya dan meninggalkan jihad fii sabilillah.

Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia.

1 ). Kebaikan senantiasa membahagian hati, dan melapangkan dada, dan mendatangkan kenikmatan, dan menolak musibah, adapun meninggalkannya adalah kesalahan dan menimbulkan kesusahan, dan menghalangi datangnya rezeki, maka orang pengecut adalah yang meninggalkan kebaikan dengan anggota badannya, sedangkan orang kikir adalah yang meninggalkan kebaikan dengan hartanya, padahal Allah telah berfirman :

Jika orang-orang beriman mengeluarkan harta mereka dan tidak ragu dan takut sedikitpun, kemudian mereka mengahadapi suatu masalah setelah itu maka Allah menjadi penolong mereka dan menjadi pendukung atas apa yang tidak mampu mereka raih, dan Allah telah menolong kaum muslimin ketika perang badr berkecamuk dan mereka ketika itu dalam keadaan lemah, tetapi pada hari itu mereka sedikitpun tidak mengurangi kebaikan mereka, adapun orang-orang yang mengabisi harta kaum muslimin atas dasar nafsu mereka, dan menolak untuk menegluarkan harta ketika situasi sedang tenang, kemudian mereka memohon kepada Allah pertolongan tatkala musibah menyerang, sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sombong; maka Allah pun menjadikan musuh-musuh menguasai mereka.

Dan karena berinfak dijalan Allah adalah sebuah bentuk diantara bentuk-bentuk kebajikan, maka Allah memerintahkan untuk berbuat kebajikan secara umum seraya berfirman, “dan berbuat baiklah karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” Ayat ini mencakup seluruh bentuk kebajikan yang tidak dibatasi oleh sesuatupun, maka termasuk di dalamnya adalah kebajikan dengan harta sebagaimana yang telah berlalu.

Termasuk juga didalamnya kebajikan dengan jabatan yaitu dengan memberikan syafaat (menjadi fasilitator untuk menyelesaikan hajat masyarakat bawah ke atasan) atau semacamnya, termasuk juga kebajikan dengan cara menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari yang munkar, serta mengajarkan ilmu yang bermanfaat. Termasuk juga memenuhi kebutuhan kebutuhan manusia seperti bantuan atas kesulitan-kesulitan mereka, menghilangkan kesusahan kesusahan mereka, menjenguk yang sakit, menghadiri jenazah mereka, menunjuki orang yang sesat diantara mereka, membantu pekerjaan orang yang bekerja, mengerjakan pekerjaan orang yang tidak ahli dalam pekerjaannya, dan semacamnya yang termasuk kebajikan yang diperintahkan oleh Allah, dan termasuk dari kebajikan juga adalah berbuat baik dalam beribadah kepada Allah, yaitu seperti yang disebutkan oleh Nabi.

“Yaitu kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihatnya namun bila kamu tidak dapat melihatnya maka sesungguhnya dia melihatmu.”

B. Kebinasaan

Menurut  Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi. Makna kata: At-Tahlukah : Al-Halakah dan Halak maknanya sama, yaitu kebinasaan.  Al-Ihsan : Konsisten dalam ketakwaan dan menyucikannya dari kotoran kesyirikan, serta berbuat amalan kebajikan.

Makna ayat: Pada ayat 195 Allah Ta’ala memerintahkan kepada mereka menginfaqkan hartanya untuk jihad fi sabilillah, mempersiapkan dan memberikan fasilitas kepada rombongan pasukan dan prajurit, dan Allah melarang mereka untuk pelit, tidak mau berinfaq di jalan Allah yang mana itu merupakan jihad. Kapan saja mereka meninggalkan infaq di jalan Allah dan meninggalkan jihad, mereka seperti orang yang melemparkan dirinya ke dablam kebinasaan. Karena musuh senantiasa menunggu dan melihat kelengahan, ketika mereka hanya duduk dan meninggalkan jihad, maka musuh akan menyerang dan memerangi sehingga kaum muslimin kalah dan hancur. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkan untuk berbuat ihsan dalam semua perbuatan. Berbuat ihsan artinya berbuat secara profesional dan bagus, serta menjauhkan dari bentuk kecacatan dan kerusakan. Lantas Allah Ta’ala menjanjikan apabila mereka berbuat ihsan dalam pekerjaannya akan dibimbing dan ditolong oleh Nya. Allah berfirman,”Dan berbuat baiklah sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik.” Siapa yang dicintai oleh Allah maka Allah akan memuliakan, menolong, dan tidak menghinakan serta meremehkannya.

Ujub/Takabur atau Menunjukkan Kelebihan

Ujub atau takabur merupakan sikap menunjukkan kelebihan dan kehebatan yang ada pada diri seseorang. Hal ini dilakukan agar seseorang memperoleh pujian dari orang lain. Selain itu, ujub dan takabur juga dapat berarti orang yang menyombongkan kelebihan dan keunikan yang ada pada dirinya, menganggap dirinya paling hebat, tidak ada yang dapat menyaingi kehebatan dan kelebihannya, serta menganggap orang lain lebih rendah atau lebih hina kedudukannya.

Ibnu 'Abbas r.a. berkata, "Orang-orang pada zaman Jahiliah pernah menyembah batu yang putih selama beberapa masa. Akan tetapi, jika melihat sembahan lain yang lebih baik, maka ia meninggalkan batu putih itu dan memilih sembahan kedua yang lebih baik menurut ukuran hawa nafsunya. Sehubungan dengan itu turunlah ayat ini." Pada ayat ini, Allah mencela orang-orang kafir Mekah yang mempertuhankan hawa nafsunya sehingga dijadikan landasan untuk semua urusan agamanya. Mereka tidak mendengarkan hujah yang nyata, dan penjelasan-penjelasan yang terang. Allah menasihatkan supaya Muhammad tidak terlalu memikirkan sikap mereka, karena beliau tidak ditugaskan untuk menyadarkan mereka agar beriman selamanya, apalagi jika mereka tidak mau melepaskan diri dari belenggu hawa nafsunya dan mengikuti petunjuk kepada kebenaran. Allah mengatakan bahwa Muhammad tidak menjadi pemelihara dan penjamin bagi mereka. Kewajiban Nabi saw hanya menyampaikan risalah saja. Hal ini sesuai dengan firman Allah: Engkau bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (al-Gasyiyah/88: 22).

Pertama, iman. Ya, keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya yang ‎tertanam kuat di dalam hati, menjadikan seseorang yakin bahwa di atas ‎segalanya, ada Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dia yakin betul ‎bahwa Allah akan senantiasa mengawasi segala gerak dan tingkah lakunya. ‎Konsekuensi dari keyakinan ini adalah, dia akan selalu berhati-hati dalam ‎menjalani kehidupan ini. ‎

Adapun iman kepada Rasulullah Saw menjadikan seseorang yakin ‎bahwa ada contoh sosok manusia teladan yang akan terus membimbingnya ‎dalam bertauhid, beribadah, bermuamalah dan berakhlak. Dia akan siap ‎menjalani hidup yang penuh dengan ujian, tantangan serta godaan, karena ‎ada panduan langsung dari Sang penerima wahyu. ‎

Kedua, amal shalih. Bukti dari keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya ‎adalah tindakan nyata berupa perbuatan baik atau dalam istilah al-Quran ‎disebut dengan amal shalih. ‎

Jika kita cermati, hampir setiap ayat yang menyebut kata aamanuu ‎‎(iman) selalu disertai dengan ‘amilu as-shaalihaat (amal shahlih). Ini ‎menunjukkan bahwa iman hanya akan bermakna ketika diiringi dengan amal ‎shalih. Keimanan tanpa bukti nyata berupa amal shalih hanyalah sebuah ‎kedustaan belaka. Sebaliknya, amal shalih tanpa iman sia-sia belaka.  Wallahu A’lam

Demikian Acara Pembinaan Mental ini dilaksanakan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.(Jas).

  • 795-s-zulyus.jpg
  • 796-s-abdhamid.jpg
  • 797-s-rosliani.jpg
  • 798-s-hilman.jpg